Cari Blog Ini

Breaking News

Warga dan WALHI Jambi Tolak Pembangunan Stockpile Batu Bara PT SAS Dekat Permukiman dan Sumber Air

Warga dirikan posko tolak Jalan Khusus dan Stockpile Batu Bara.

KabarLemang.com
– Gelombang penolakan terhadap rencana pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) atau stockpile batu bara milik PT Sinar Anugrah Sentosa (PT SAS) semakin meluas. Warga dari berbagai wilayah seperti Aur Kenali, Mendalo Darat, Mendalo Laut, Penyengat Rendah, dan sekitarnya bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jambi secara terbuka menyatakan sikap di Posko Perlawanan Rakyat.

Proyek stockpile seluas 70 hektare itu dinilai sangat membahayakan karena berada di kawasan padat penduduk dan dekat dengan sumber air bersih. Dalam pertemuan tersebut, warga secara resmi membentuk Barisan Perjuangan Rakyat (BPR) sebagai wadah kolektif untuk menentang pembangunan industri ekstraktif tersebut.

Direktur WALHI Jambi, Oscar Anugrah, menyebut proyek PT SAS sebagai bentuk perampasan ruang hidup masyarakat.

“Pembangunan yang mengorbankan keselamatan rakyat dan lingkungan bukan pembangunan, tetapi kejahatan ekologis. Negara harus berpihak pada rakyat, bukan pada kepentingan modal,” tegas Oscar, Sabtu (2/8/2025).

Ia juga mengingatkan bahwa lokasi proyek sangat berdekatan dengan Intake PDAM Aurduri, sumber air bersih bagi lebih dari 20 ribu rumah tangga di Kota Jambi. Risiko pencemaran dinilai sangat tinggi dan berpotensi berdampak besar terhadap kesehatan warga.

Ketua BPR, Rahmat Supriadi, dalam pernyataannya menyerukan kepada Walikota Jambi, Bupati Muaro Jambi, hingga Gubernur Jambi agar tidak abai terhadap konstitusi.

“Kami tidak menolak investasi, tapi kami menolak investasi yang membawa maut dan menghancurkan lingkungan tempat tinggal kami,” kata Rahmat.

Penolakan juga datang dari kalangan pemuda. Aldian, perwakilan pemuda dari Aur Kenali, menilai proyek tersebut akan memicu dampak serius, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan.

“Ini bukan soal individu, tapi tentang masa depan keluarga kami. Anak-anak, orang tua kami, semua akan terdampak langsung,” ujarnya.

Adapun tuntutan utama dari Barisan Perjuangan Rakyat dan WALHI Jambi mencakup:

1. Mendesak Pemerintah Pusat dan Provinsi Jambi mencabut seluruh perizinan pembangunan stockpile PT SAS.

2. Menuntut Pemerintah Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi melindungi masyarakat dari dampak negatif pembangunan industri batu bara.

3. Mendorong keterbukaan informasi dan partisipasi publik dalam setiap proses perizinan.

4. Menolak pembangunan stockpile di kawasan permukiman yang mengancam kualitas hidup rakyat.

Gerakan ini mencerminkan ketegasan warga sipil dalam menghadapi ancaman ekologis. Konsolidasi antara warga dan WALHI menjadi bentuk nyata perlawanan terhadap proyek-proyek yang tidak berpihak pada keberlanjutan lingkungan.

Sebelumnya, rencana pembangunan stockpile PT SAS di Kecamatan Telanaipura juga telah menjadi sorotan DPRD Kota Jambi dan Walikota Jambi, karena lokasinya berada di kawasan permukiman padat penduduk.

Warga Aur Kenali dan Mendalo Darat bahkan telah mendirikan Posko Perlawanan Rakyat di pendopo RT 03 sebagai pusat aksi dan diskusi. Pendirian posko ini dimulai sejak Minggu (13/7/2025) dan dilengkapi dengan pemasangan spanduk-spanduk penolakan oleh warga secara gotong royong.

Ketua RT 03, Mahfuddin, mengatakan bahwa pendirian posko merupakan bentuk spontanitas warga dalam menanggapi ancaman nyata di depan mata.

“Kami jadikan pendopo ini posko diskusi dan perlawanan, bukan hanya untuk warga Aur Kenali, tapi juga terbuka bagi warga Mendalo Darat dan lainnya,” kata Mahfuddin.

Menurutnya, proyek stockpile dan jalur khusus batu bara PT SAS tidak layak dibangun di kawasan pemukiman. Warga khawatir terhadap dampak seperti pencemaran udara, kebisingan, hingga menurunnya kualitas hidup akibat truk-truk angkutan batu bara.

“Harapan kami sederhana: batalkan proyek ini atau pindahkan ke lokasi yang benar-benar sesuai tata ruang dan tidak merugikan rakyat,” tegasnya.

Aspirasi warga yang telah berlangsung dalam berbagai bentuk, mulai dari pernyataan sikap, aksi pemasangan spanduk, hingga pelibatan aktivis lingkungan, kini diperkuat dengan pendirian posko sebagai simbol konsistensi perjuangan. (KL)

0 Komentar

© Copyright 2022 - Kabar Lemang